PEMASANGAN
INFUS
Paper
ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDDK
Oleh
:
Ayu
Martha Puri 22020115120043
Fastika
Furi Aprina 22020115120058
Grahya
Febriella M. N. P. 22020115120039
Program
Studi Ilmu Keperawatan
Jurusan
Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
2016
A. Pengertian dan Tujuam
Pemasangan
infus merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan
melalui intra vena (pembuluh balik) yaitu melalui transkutan dengan stilet tajam
yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Dan yang
di maksud dengan pemberian cairan intravena adalah memasukan cairan atau obat
langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set. (Potter & Perry, 2005) (Gambar 1)
Pemasangan
infus biasanya diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum
transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien
yang sistem pencernaannya terganggu. Tujuan dari pemasangan
infus yaitu, mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipenuhi melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam
basa, memperbaiki volume komponen-komponen darah, memberikan jalan masuk untuk pemberian
obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekan Vena Central (CVP), memberikan
nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan. (Darwis, Aprisal, 2014)
B. Indikasi
Istilah
pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture.
Hal ini disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan
infus, yaitu termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)
1.
Pemberian obat intravena pada keadaan emergency yang
memungkinkan respon yang cepat terhadap
pemberian obat.
2.
Hidrasi intravena.
3.
Transfusi darah atau komponen darah. (Gambar 2)
4.
Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah
diperlukan. Misalnya Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur, misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena
untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat. Upaya
profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya dengan risiko
dehidrasi dan syok, sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba) sehingga tidak
dapat dipasang jalur infus. (Darwis, Aprisal, 2014)
C. Kontraindikasi
Kontraindikasi
relatif pada pemasangan kanulasi intravena perifer di lokasi tubuh tertentu,
termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)
1. Infeksi
kulit sekitar.
2. Flebitis vena/
peradangan vena.
3. Sklerosis vena/
penyempitan pembuluh vena.
4. Infiltrasi/
bocornya intravena sebelumnya.
5. Luka bakar
di sekitar lokasi venipuncture.
6. Cedera
traumatis proksimal dari lokasi pemasangan.
7. Fistula
arteriovenosa di ekstremitas.
8. Prosedur
bedah yang mempengaruhi ekstremitas.
Ada situasi
yang tidak memungkinkan untuk melakukan pemasangan kanulasi intravena perifer.
Misalnya pada dehidrasi ekstrim atau syok dimana vena perifer telah kolaps.
Pada keadaan dimana pemasangan kanulasi memakan waktu lama atau tidak mungkin
dilakukan, perlu dilakukan pemasangan kanulasi vena sentral atau intraoseous
atau melalui insisi vena besar. (Darwis, Aprisal, 2014) (Gambar 3)
D. Persiapan Alat (Muchtar, Amrizal, 2015)
1.
Sarung tangan
1 pasang
2.
Selang infus sesuai
kebutuhan (makro drip atau mikro
drip)
3.
Cairan parenteral
sesuai program
4.
Jarum intra
vena (ukuran sesuai)
5.
Kapas alkohol
dalam kom (secukupnya)
6.
Desinfektan
7.
Torniquet/manset
8.
Perlak dan
pengalas
9.
Bengkok 1
buah
10. Plester
/ hypafix
11. Kassa
steril
12. Penunjuk
waktu
13. Standard
infus
E. Jenis Cairan Infus
Berdasarkan
osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005)
cairan
intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Cairan bersifat isotonis :
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis
(NaCl 0,9%).
2.
Cairan bersifat hipotonis :
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas 16 tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan
pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3.
Cairan bersifat hipertonis :
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl
45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.
F. Macam-Macam Ukuran Jarum
Intravena ( Infus )
Macam-macam Ukuran Abocath Menurut Potter (1999)
ukuran jarum infuse yang biasa digunakan adalah :
1.
Ukuran 16G warna abu-abu untuk dewasa, bedah mayor,
trauma. Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan. Pertimbangan perawat :
Sakit pada insersi, butuh vena besar
2.
Ukuran 18G Warna hijau untuk anak dan dewasa, untuk
darah, komponen darah, dan infus kental lainnya. Pertimbangan Perawat : Sakit
pada insersi, butuh vena besar
3.
Ukuran 20G Warna merah muda untuk anak dan dewasa. Sesuai
untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya.
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4.
Ukuran 22G Warna biru untuk bayi, anak, dan dewasa
(terutama usia lanjut). Cocok untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan
Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke
vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan
lambat, Sulit insersi melalui kulit yang keras
5.
Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih untuk nenonatus,
bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut). Sesuai untuk sebagian besar cairan
infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat. Pertimbangan Perawat : Untuk vena
yang sangat kecil, Sulit insersi
G.
Gambar Jarum
Intravena

H.
Gambar Jarum
Intravena
I.
Jenis dan
Kegunaan Selang Infus
1. Ukuran Macrodrip yang setiap 1ml
nya terdiri dari 15 tetes dan biasanya digunakan untuk pasien dewasa.
2. Ukuran Microdrip yang setiap 1ml
nya terdiri dari 60 tetes dan biasanya digunakan untuk pasien yang masih
anak-anak.
J.
Cara
Menghitung Tetesan Infus

Jumlah jam x 60 menit
1. Faktor tetes
( Otsuka )
1 cc = 15 tetes
2. Faktor tetes
( Terumo )
1 cc = 20 tetes
Contoh :

(Jumlah jam x 60 menit)


24
x 60 1.440


24 x
60 1.440
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari
dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu
maka rumusnya adalah 1 cc = 20 tts/mnt
Tetes/menit : ( Jumlah cairan x 20)
/ (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan
akan habis maka rumusnya adalah sebagai berikut :
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) /
(Jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal : Seorang pasien harus mencatat terapi cairan
500 ml dalam waktu 4 jam maka jumlah
tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000/ 240 =
41,6 = 22 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik saja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil
dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan
untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal rumus untuk menghitung jumlah
tetesannya adalah sebagai berikut :
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama
Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis
adalah sebagai berikut :
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (Jumlah
tetesan dalam menit x 60 )
Contoh Kasus :
Dokter
meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9% kepada Tn N 1000 ml/12 jam, faktor drips
(tetes) 15 tetes/1 ml berapa tetes per menit cairan tersebut diberikan?
Strategi menjawab kasus:
2. Ketahui
jumlah cairan yang akan diberikan
3. Konversi jam
ke menit (1 jam = 60 menit)
4. Masukkan
kedalam rumus (Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali dengan faktor drips, lalu
dibagi dengan lamanya pemberian). Jadi jawabannya adalah (1000 x 15) / (12 x 60)
= 15000 / 720 = 20,86 dibulatkan jadi 21 cairan tersebut harus diberikan 21
tetes/menit
Terkadang kita agak kesulitan dalam menghitung tetesan infus yang akan kita
berikan kepada seorang pasien, berikut tips-tipsnya :
Rumus : 1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
Contoh Soal :
1. Infus 500 cc
diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/menit habis dalam berapa jam?
jika dalam micro?
Jawab :
1 cc = 20 tetes makro berarti pasien
diberikan 1 cc/ menit infus yang tersedia 500 cc akan habis dalam 500 dibagi 60
menit = 8,333 jam kalo dalam micro tinggal di kali 3 saja jadinya = 24,99 jam
2. Berapa tetes
macro per menit tetesan 500 cc RL infus
harus diberikan agar habis dalam 4 jam?
Jawab :
500 cc dibagi 4 jam = 125 cc, ini jumlah cc RL yang harus diberikan per jamnya 125 cc dibagi 60 = 2,083 cc / menit, ini jumlah cc yang harus diberikan per menitnya.
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes
mikro jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) 41,66tetes makro = (2,083 x 60) 124,98 tetes
mikro
J.
Prosedur (Muchtar,
Amrizal, 2015)
1. Tahap PraInteraksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya
bila ada agar mengetahui kebenaran data.
b. Mencuci tangan terlebih dahulu
supaya dalam pemasangan infus tetap steril.
c. Menempatkan alat di dekat pasien
dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dan agar lebih efektif dalam
pemasangan infus.
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik terhadap pasien agar pasien merasa dirinya dihargai.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga/pasien agar mengetahui tindakan yang akan dilakukan
perawat.
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan supaya kita mengetahui bahwa pasien telah siap untuk
dilakukan pemasangan infus dan supaya memperlancar dalam pemasangan infus.
3. Tahap Kerja
a. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
untuk mencegah kontaminasi pada objek yang steril
b. Menutup saluran infus (klem) untuk mencegah
penetesan cairan pada klien,perawat, tempat tidur atau lantai
c. Menusukkan saluran infus dengan
benar agar tidak terjadi kesalahan dan komplikasi dalam pemasangan infus
d. Menggantung botol cairan pada
standard infuse
e. Mengisi tabung reservoir infus
sesuai tanda
f. Mengalirkan cairan hingga tidak ada
udara dalam selang supaya jalannya cairan infus lancar dan udara tidak dapat
menimbulkan emboli
g. Mengatur posisi pasien dan pilih
vena
h. Memasang perlak dan alasnya supaya
cairan tidak mengotori tempat tidur dan supaya terjaga kebersihan
i.
Membebaskan
daerah yang akan di insersi
j.
Meletakkan
torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
k. Memakai hand schoen supaya tangan
kita tetap steril
l.
Membersuhkan
kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam keluar)
m. Mempertahankan vena pada posisi
stabil
n. Memegang IV cateter dengan sudut 30°
o. Menusuk vena dengan lobang jarum
menghadap ke atas
p. Memastikan IV cateter masuk intra
vena kemudian menarik Mandrin + 0,5 cm
q. Memasukkan IV cateter secara
perlahan
r.
Menarik
mandrin dan menyambungkan dengan selang infuse karena penghubungan
cepat perangkat infuse mempertahankan perangkat vena, kesterilan
s. Melepaskan toniquet agar memungkinkan
aliran vena dan mengurangi aliran balik darah
t.
Mengalirkan
cairan infuse supaya cairan bekerja didalam tubuh
u. Melakukan fiksasi IV cateter agar mencegah
pelepasan kateter dari vena secara tidak sengaja. Mencegah gerakan kedepan dan
kebelakang yang dapat mengititasi vena dan menyebabkan bakteri kulit masuk ke
dalam vena
v. Memberi desinfeksi daerah tusukan
dan menutup dengan kassa supaya mengurangi
bakteri pada kulit dan menurukan resiko infeksi local dan sistemi
w. Mengatur kecepatan
aliran sampai tetesan tepat per menit untuk mempertahankan kecepatan aliran IV
yang tepat
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan untuk
memastikan keberhasilan atau tidaknya pemasangan infus
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya supaya klien mengetahui kejelasan asuhan keperawatan
c. Berpamitan dengan klien agar klien
mengetahui tindakan telah selesai di lakukan
d. Membereskan alat-alat supaya
terjaganya kebersihan
e. Mencuci tangan supaya tangan tetap
steril
f. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan perawatan untuk data yang mungkin akan digunakan lembar terapi khusus
K. Instrumen Penilaian Tindakan
Aspek
yang Dinilai
|
Dilakukan
|
Ket.
|
|||||
Tgl.
|
Tgl.
|
Tgl.
|
|||||
Ya
|
Tdk
|
Ya
|
Tdk
|
Ya
|
Tdk
|
||
a.
Persiapan
Alat:
1. Sarung
tangan bersih
2. Kapas
alkohol
3. Tpurniquet
4. Pengalas
5. Plester
6. Aboceth
7. Infus
set
8. Betadin
9. Botol
infus (cairan infus)
10. Bak
spuit
11. Gunting
plester
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Persiapan
lingkungan
Jaga
privasi pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Persiapan
pasien:
1. Jelaskan
tujuan dan prosedur
2. Minta
persetujuan pasien/ wali
3. Atur
posisi pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
d.
Prosedur
(langkah-langkah):
1. Cuci
tangan
2. Pasang
sarung bersih
3. Cek
cairan yang akan digunakan
4. Buka
set infus
5. Stel
klem
6. Buka
segel botol cairan
7. Tusukkan
ujung setinfus ke botol cairan
8. Isi
cairan ruang udara
9. Buka
klem dan alirkan cairan
10. Cek
adanya udara di sepanjang selang infus
11. Pasang/stel
kembali klem
12. Tutup
ujung selang dengan penutupnya
13. Pasang
pengalas
14. Pasang
tourniquet
15. Minta
pasien mengatur posisi
16. Bersihkan
area yang akan ditusuk
17. Tarik
kulit ke arah distal
18. Masukkan
jarum aboceth secara hati-hati
19. Jika
terlihat darah pada kateter abceth berarti posisi tepat
20. Tarik
jarum aboceth
21. Masukkan
kateter aboceth agak ke dalam
22. Lepaskan
tourniquet
23. Stel
klem “on”
24. Fiksasi
25. Berikan
desinfektan di area penusukan
26. Pasang
kasa di atas area penusukan
27. Fiksasi
juga selang infus
28. Atur
tetesan
29. Tulis
tanggal dan waktu
30. Rapikan
alat dan pasien
31. Lepaskan
sarung tangan
32. Mengkonfirmasi
tindakan telah dilakukan kepada pasien
33. Dokumentasi
tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
e.
Sikap:
1. Melakukan
tindakan secara sistematis
2. Komunikatif
dengan pasien
3. Percaya
diri
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Ya : 1 (dilakukan dengan benar)
Tdk : 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)
Kriteria penilaian:
Baik
sekali = 100
Baik = 81-99
Kurang = kurang dari 80
Daftar
Pustaka
Darwis, Aprizal. (2014). Prosedur pemasangan infus. Diakses pada tanggal 15 Februari 2016
dari: http://www.abcmedika.com/2014/04/prosedur-pemasangan-infus.html
Muchtar, Amrizal. (2015). Pemasangan infus. Diakses pada 16 Februari 2016 dari : https://www.academia.edu/6658158/1_PEMASANGAN_INFUS
Potter&Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/8970636/Rumus_Tetesan_Cairan_infus
JAMCO Casino and Hotel - Tunica MS | JM Hub
BalasHapusJoin the 공주 출장샵 excitement of Mardi 평택 출장샵 Gras, a vibrant entertainment and dining destination with a casino floor 전라북도 출장샵 that includes 포천 출장마사지 more than 2,500 slot machines, over 2,000 남원 출장마사지