Tugas Konseling
Nama
: Ika Rahmawati
NIM
: 22020115120004
A
15 1
Program
Studi Ilmu Keperawatan
Departemen
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Tahun
2016/2017
A. PENGERTIAN
KONSELING
Konseling adalah suatu
bantuan yang diberikan seorang pebimbing yang terlatih dan berpengalaman,
terhadap individu-individu yang membutuhkannya. Agar individu tersebut
berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalah dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Konseling lebih menekan
pada pengembangan potensi individu yang terkandung dalam dirinya, baik dari
aspek intelektual, afektif, sosial, emosional dan religius. Sehingga individu
akan lebih berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan
bermanfaat.
Secara etiomologi,
konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya dengan atau bersama
yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan dalam bahasa Angglo
Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau
menyampaikan.
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada
seseorang. Dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang mengalami hambatan,
memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,harapan, kebutuhan dan
perasaan-perasaan klien (Sagala, 2011).
1. Menurut
Jones, 1951, konseling adalah kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan
semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri
oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalah itu. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan.
2. Menurut
Papinsky & Papinsky, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan
interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut
konselor dan klien; (b) terjadi dalam suasana yang professional; (c) dilakukan
dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku
klien.
3. Menurut
Maclean, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan suatu proses
yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu
oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang
pekerja yang professional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman
membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan berbagai jenis kesulitan
pribadi.
4. Menurut
Division of Conseling Psychology, konseling merupakan suatu proses untuk
membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk
mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses
tersebut dapat terjadi setiap waktu.
5. Menurut
McDaniel, 1956, konseling merupakan suatu rangkaian pertemuan langsung dengan
individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat
menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungannya.
6. Menurut A.C.
English, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan proses dalam
mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang
fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian yang
perlu dibuatnya.
7. Menurut
Tolbert, 1959, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap
muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam
hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
8. Menurut
Blocher, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling membantu individu agar
dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang
bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan
mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku di
masa yang akan datang.
9. Menurut
Bernard & Fullmer, 1969, konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu
untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang
unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi
ketiga hal tersebut.
10. Menurut
Lewis, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan proses mengenai
seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa
dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi
dengan seseorang yang tidak bermasalah, yang menyediakan informasi dan
reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang
memungkinkannya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya.
Dari
pengertian-pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan dengan singkat
bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.
B. Tujuan
Konseling
Tujuan konseling
menurut Steffire & Grant (1972) yaitu lebih membantu pertumbuhan dalam
waktu yang sesaat, membantu seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan tepat
sesuai peran. Menurut teori Gestalt tujuan konseling adalah membantu klien
menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri.
Tujuan konseling secara
umum adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan
mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling
dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memahami dan
mengenal pengalaman-pengalamannya. Kemudian pengalaman-pengalaman tersebut
ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian
klien dapat direkonstruksi kembali. Jadi penekanan konseling adalah pada aspek
afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketidaksadaran manusia.
C. Langkah-langkah
Konseling
1. Rapport
dan Structuring
Untuk membangun
kerjasama dengan klien dan untuk membuat klien merasa nyaman dengan konselor.
Structuring dibutuhkan untuk menjelaskan tujuan dari konseling. Fungsi
structuring adalah untuk menjaga sesi pada tujuan dan untuk menginformasikan
kepada klien apa yang konselor mampu dan tidak mampu lakukan.
2. Mengumpulkan
informasi, mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi aset
Untuk mengetahui alasan
klien datang dan bagaimana ia memandang masalah. Pendefinisian masalah yang
baik akan memberi arah dan tujuan konseling dan menghindari dibahasnyan topik
yang tidak berguna. Juga untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan klien
(possive strenght).
3. Menentukan
tujuan
Untuk mengetahui dunia
ideal klien, langkah ini penting karena memungkinkan konselor untuk mengetahui
apa yang klien inginkan dan konselor harus dibuat harmonis.
4. Mencari
alternatif dan mengkonfrontasi client incongruities
Untuk mencari pemecahan
masalah kreatif (menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan dengan tidak
menilai terlebih dahulu. Langkah ini memerlukan waktu yang paling lama dalam
konseling.
5. Generalization
dan transfer of learning
Untuk memungkinkan
perubahan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku dalam kehidupan klien
sehari-hari. Banyak klien yang mengikuti konseling untuk kemudian tidak
melakukan apa-apa untuk mengubah perilaku dan tetap hidup dengan pola seperti
sedia kala.
D. Teknik
Konseling
1. Teknik
Konseling Verbal
Karena konseling
mengandung satu proses komunikasi antar pribadi, maka prosesnya akan
berlangsung melalui saluran verbal atau non-verbal dengan menciptakan kondisi
empati, penerimaan, keiklasan, dan kejujuran yang murni dari konselor. Teknik
konseling yang harus dikuasai seorang konselor adalah teknik komunikasi
berkaitan dengan pengumpulan data dalam konseling, maka salah satu prinsip
dalam teknik komunikasi ialah konselor yang mampu mengkomunikasikan maksud
pengumpulan data kepada klien. Wawancara merupakan salahsatu cara pengumpulan
data dari masalah konseli, yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara
konselor dan konseli seperti halnya pertemuan, cara lisan, mencari penyelesaian
masalah melalui konseli. Teknik konseling verbal adalah verbal sembarang,
tanggapan yang diberikan konselor merupakan perwujudan kongret dari konselor
untuk membantu konseli pada saat tertentu. Wawancara konseling terdiri atas
rangkaian ungkapan dari konseli yang disusul dengan ungkapan dipihak konselor
seterusnya ungkapan tersebut akan membentuk suatu mata rantai, dimana setiap
mata rantai terdiri dari suatu ungkapan konseli dan konselor, ungkapan konselor
berupa tanggapan verbal untuk menolong konseli dengan menggunakan satu atau
lebih teknik verbal.
2. Teknik
Konseling Non Verbal
teknik konseling non
verbal diantaranya ekpresi wajah, gerak tangan, isyarat tangan, sikap badan,
anggukan, berbagai gerakan tungkai dan tangan. Menunjuk pada gejala vokal yang
mnyertai kata kata kekliruan pada saat mengucapkan kata, berbicara, saat diam,
kecepartan dan lama bicara, volume suara termasuk di dalamnya. Dibawah ini ada
beberapa istilah konseling non verbal misalnya :
a. Senyuman,
untuk menyatakan sikap menerima
b. Cara
duduk, yaitu untuk mneyatakan sikap rileks dan sikap mau memperhatikan
c. Anggukan
kepala , untuk menyatakan penerimaan menunjukan pengertian
d. Gerak
gerik lengan dan tangan, untuk memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal
Selain
itu dalam teknik non verbal dapat pula berupa:
a. Mimik
(ekspresi wajah, roman muka, raut muka) yaitu untuk menunjang dan menyertai
reaksi – reaksi verbal Mimik pareaksi dan pareaktif maknanya tergantung pada
lingkungan budaya. Misalnya mengerutkan dahi, mengerutkan kening, mengangkat
alis, senyum, dan wajah cerah.
b. Kontak
mata ( konselor mencari kontak mata dengan konseli), untuk menunjang tahapan
verbal atau menyatakan sikap dasar
Yang harus dihindari
dalam teknik non verbal adalah kesan bahwa konselor mengejar, memaksa, atau
mempermalukan konseli.perlu diingat bahwa kontak fisiik antara konselor dan
klien secara potensial bisa membahayakan. Maka disarankan supaya konselor
mengendalikan diri dalam menggunakan sentuhan sebagai tanda perhatian dan
keprihatinan (winkle, 1997:369).
E. Keterampilan
Konseling
1. Keterampilan
menerima
Menerima berarti suatu
kondisi saling memahami dan saling mengenal. Tujuannya adalah untuk
menjembatani hubungan antara konselor dengan klien.
2. Keterampilan
memperhatikan
Perhatian merupakan
salah satu aktivitas jiwa, didefinisikan oleh Mahfudh Shalahudin (1991:138)
sebagai suatu proses pemutusan terhadap fase-fase atau unsur-unsur pengalaman
dan mengabaikan yang lainnya. Dengan demikian kejelasan pengalaman seseorang
relatif amat tergantung pada intensitas perhatian. Setiap kekuatan yang merangsang
seseorang baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dapat menarik
perhatian.
3. Keterampilan
merespon
Merespon adalah suatu
keterampilan untuk membalas segala rangsangan yang telah disampaikan oleh lawan
bicara kita. Melalui rangsangan konselor, memungkinkan klien melakukan
eksplorasi tentang dirinya dalam hubungannya dengan dunianya. Untuk dapat
merespon dengan akurat maka konselor harus mampu mendengarkan
petanyaan/pernyataan klien dengan akurat pula. Keterampilan jenis respon
menurut Carkhuff (1983) pada Soli Abimanyu (1996:108) meliputi tiga yaitu :
·
Keterampilan merespon isi
·
Keterampilan merespon perasaan
·
Keterampilan merespon arti
4. Keterampilan
merefleksi perasaan
Perasaan
terjalin bersama masalah itu sendiri. Kesuksesan pemecahan masalah sebagian
tergantung pada pemahaman seseorang akan perasaan dan kesadaran akan segala
sesuatu yang ada kaitannya dengan perasaannya.
5. Keterampilan
memberi penguatan
Ada beberapa bentuk
penguatan yang dilakukan dalam komunikasi antar pribadi yang dapat memperkokoh
terjalinnya komunikasi.
Penguatan minimal yang
baik mencangkup :
·
Memeihara kontak mata
·
Badan condong kedepan dengan penuh
perhatian
·
Gerak isyarat yang tepat
·
Tanpa gerakan-gerakan gugup yang
menganggu
·
Anggukan kepala
·
Gerakan badan kedepan bersama gerak
isyarat yang hangat pada waktu yang tepat
6. Keterampilan
mendengarkan
Mendengarkan bukan
sekedar merupakan perkara fisik. Mendengarkan merupakan proses intelektual dan
emosional. Dengan proses itu orang mengumpulkan dan mengintegrasi antara input,
fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan
serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli Abimanyu (1996;89) adalah
mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan
tujuan yang dikemukakan oleh seseorang. Mendengarkan dengan baik tidak terjadi
dengan gampang. Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dengan
kepekaan tetapi juga berbagai perubahan fisik dalam tubuh.
7. Keterampilan
bertanya
Bertanya adalah
kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan diajukan oleh
seseorang biasanya untuk memperoleh informasi mengenai hal yang belum diketahui.
F. Hambatan
Konseling
1. Hambatan intermal
Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor. Kompetensi
konselor meliputi kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi
akademik konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan
konseling dan melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa masih banyak di temukan diberbagai sekolah SMP, MTs,
MA, SMA, dan SMK guru bimbingan dan konseling non bimbingan dan konseling,
artinya konselor sekolah yang bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling.
Mereka diangakat oleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka yang
berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan mereka tidak mendalami
tentang teori-teori bimbingan konseling. Kompetensi profesional terbentuk
melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional
memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yang
cukup matang. Di samping itu masih juga ditemukan di lapangan, adanya manajemen
bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih
lanjut menjelaskan mengenai manajemen bimbingan dan konseling, layanan
bimbingan dan konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan,
ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan dan dipimpin
oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman
tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya.
2. Hambatan Eksternal.
a. Layanan Bimbingan dan
Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja?
Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika
bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat
dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan
konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi
(yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata
lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan
dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui
pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman.
b. Bimbingan dan Konseling
hanya untuk orang yang bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika
tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu
menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas
utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan
masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan
tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah
yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar. Kita
pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada
mengobati”.
c. Keberhasilan layanan BK
tergantung kepada sarana dan prasarana
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang
konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan
mutakhir. Seorang konselor yang dinilai tidak bagus kinerjanya, seringkali
berdalih dengan alasan bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang
bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang juga terjebak dalam asumsi bahwa
konselor yang hebat itu terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki
konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya,
tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk
didalamnya pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup.
d. Konselor harus aktif,
sedangkan konseli harus/boleh pasif
Sering kita temukan bahwa konseli sering menyerahkan sepenuhnya
penyelesaian masalahnya kepada konselor, mereka menganggap bahwa memang itulah
kewajiban konselor, terlebih lagi jika dalam pelayanan Bk tersebut konseli
harus membayar. Hal ini terjadi sebenarnya juga disebabkan karena tak jarang konselor
yang membuat konseli itu menjadi sangat berketergantungan dengan konselor.
Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecah masalah yang handal dan
dapat dipercaya. Konselor seperti ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan
pengabdian. Tak jarang juga konselor yang enggan melepaskan konselinya,
sehingga dia merekayasa untuk memperlambat proses penyelesaian masalah, karena
tentunya jika tiap pertemuan konseli harus membayar maka akan semakin banyak
keuntungan yang diperoleh konselor.
e. Menganggap hasil pekerjaan
Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat
Seringkali konseli (orangtua/keluarga konseli) yang berekonomi tinggi
memaksakan kehendak kepada konselor untuk dapat menyelesaikan masalahnya
secepat mungkin tak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak jarang
konselor sendiri secara tidak sadar atau sadar (karena ada faktor tertentu)
menyanggupi keinginan konseli yang seperti ini, biasanya konselor ini meminta
kompensasi dengan bayaran yang tinggi. Yang lebih parah justru kadang ada
konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang mampu
menyelesaikan masalah secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu
menganalisa besar/kecil nya masalah dan cepat/lambat nya penanganan masalah
adalah konselor itu sendiri, karena konselor tentunya memahami landasan dan
kerangka teoritik BK serta mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang
sejenisnya.
G. Konseling
Individu
Konseling individu
yaitu merupakan salah satu pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung.
Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship
(hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan
individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan
seorang klien untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan
klien dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan
konselor. Konseling individu sebagai interverensi mendapatkan popularitas dari
pemikiran teoritis dan filosofis yang menekankan penghormatan terhadap nilai
individu, perbedaan dan hak-hak. Hubungan konseling bersifat pribadi. Hal ini
memungkinkan beberapa jenis komunikasi yang berbeda antara konselor dan klien.
Konseling telah dianggap sangat rumit, dengan setiap kata, infleksi sikap dan
keheningan yang dianggap penting, yang hanya bisa terjadi antara konselor yang
terampil dan klien yang berminat.
Proses pelaksanaan
konseling individu :
1. Tahap
pengantaran
Proses pengantaran
mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian,
tujuan, dan prinsip yang menyertainya. Proses pengantaran ini ditempuh melalui
kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, tidak menyalahkan, penuh
pemahaman dan penstrukturan yang jelas.
2. Tahap
penjajagan
Proses penjajangan
dapat diibaratkan sebagai membuka dan memasuki ruang sumpek atau hutan
belantara yang berisi hal-hal yang bersangkut paut dengan permasalahan atau
perkembangan klien. Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan klien
dan hal-hal lain perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran penjajagan
ini adalah berbagai hal yang selama ini terpendam, disalah artikan atau
terhambat perkembangannya pada diri klien.
3. Tahap
penafsiran
Apa yang terungkap
melalui penjajagan merupakan berbagai hal yang perlu diartikan atau dimaknai
keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses penafsiran ini pada umumnya
adalah aspek-aspek realita harapan klien dengan berbagai variasi dinamika
psikisnya.
4. Tahap
pembinaan
Proses pembinaan ini
secara langsung kepada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Dalam
tahap ini disepakati strategi dan interverensi yang dapat memudahkan terjadinya
perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan oleh sifat masalah, gaya
dan teori yang dianut konselor, serta keinginan klien.
5. Tahap
penilaian
Upaya pembinaan melalui konseling
diharapkan menghasilkan terentaskannya masalah klien.
Waktu dan tempat
pelaksanaan layanan konseling individu
Adapun
waktu dan tempat layanan konseling individu hakikatnya dapat dilaksanakan kapan
saja dan dimana saja, atas kesepakatan konselor dan klien, dengan memperhatikan
kenyamanan klien dan terjaminnya asas kerahasiaan. Kondisi tempat layanan perlu
mendapat perhatian tersendiri dari konselor.
H. Konseling
Kelompok
Konseling kelompok
adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminnya
melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang
berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antara sesama
anggota kelompok ( Prayitno dalam Vitalis, 2008;63).
·
Tujuan konseling kelompok :
1. Melatih
klien agar berani berbicara dihadapan orang banyak
2. Melatih
klien dapat bertoleransi dengan temannya
3. Mengembangkan
bakat dan minat masing-masing
4. Mengentaskan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok
5. Melatih
klien berani melakukan sharing dalam kelompok
·
Fase-fase Proses Konseling Kelompok
Terdapat
lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66)
a. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi
pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang
memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika
konselor dan konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan
isinya akan berbeda dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor
bertemu kembali untuk melanjutkan wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.
b. Penjelasan
masalah
Konselor mempersilahkan
atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada
konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau
pikiran konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang
tinggi, semakin membuka dirinya.
c. Penggalian
latar belakang masalah
Pada fase penggalian
latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak konselor untuk memperoleh
gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang masalah konseli. Fase ini
disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan menurut sistematika tertentu
sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil. Konselor disini mengambil
sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis disesuaikan dengan jenis masalah,
taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam menetapkan konseling
tertentu.
d. Penyelesaian
masalah
Berdasarkan data
setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana
persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir,
memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam
mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih besar.
e. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat
mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa
hubungan antar pribadi telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor mengambil
inisiatif dalam memulai fase penutup ini.
· Teknik Layanan Konseling Kelompok
Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain (Tohirin, 2007:182):
a. Teknik Umum (pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara lain :
1. Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka
2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok
4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan
5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki
b. Teknik Permainan Kelompok
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut :
1. Sederhana
2. Menggembirakan
3. Menimbulkan
suasana rileks dan tidak melelahkan
4. Meningkatkan
keakraban
5. Diikuti
oleh semua anggota kelompok
I. Ruang
Lingkup Konseling
Ruang Lingkup berarti persekitaran,
sekitar yang ada dalam lingkungan.
·
Ruang Lingkup dari segi Pelayanan:
1) Pelayanan
Bimbingan Konseling di Sekolah
i.
Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling
dan bidang-bidang lain.Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu :
1. Bidang
kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan dan kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran yaitu keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi
peserta didik.
2. Bidang
administrasi dan kepimpinan, yaitu bentuk-bentuk kegiatan perencanaan,
pembiayaan, prasaraan dan saran fisik, dan pengawasan.
3. Bidang
kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individual.
ii.
Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawab, konselor menjadi ‘pelayan’ bagi pencapaian tujuan pendidikan
secara menyeluruh.
2). Pelayanan
Bimbingan Dan Konseling di Luar Sekolah
i.
Bimbingan dan Konseling Keluarga
Mutu kehidupan di dalam masyarakat
sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga. Pelayanan Bimbingan Konseling
keluarga bertujuan menangani permasalahan dalam sesebuah keluarga seperti
penceraian dan sebagainya.
ii.
Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan Yang Lebih
Luas
Permasalahan masyarakat juga berlaku
di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor dan lembaga kerja lainnya
serta organisasi masyarakat seperti panti jompo, rumah yatim piatu dan
lain-lain yang tidak terlepas dari masalah dan memerlukan jasa bimbingan
konseling.
·
Ruang Lingkup dari segi Fungsi: Memberi kemudahan
dalam tindakan konseling (pada konselor). Fungsi Bimbingan Konseling:
1.
Fungsi
pemahaman
Dalam
fungsi pemahaman. Terdapat beberapa hal yang perlu kita pahami, yaitu pemahaman tentang masalah klien. Dalam pengenalan, bukan saja hanya mengenal
diri klien, melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman yang menyangkut latar
belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan
klien.Pemahanman tentang lingkungan yang ”Lebih Luas”. Lingkungan klien ada
dua, ada sempit dan luas. Lingkungan sempit yaitu kondisi sekitar individu yang
secara langsung mempengaruhi individu, contohnya rumah tempat tinggal, kondisi
sosio ekonomi dan sosio emosional keluatga, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan
yang lebih luas adalah lingkungan yang memberikan informasi kepada individu,
seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi siswa, informasi promosi dan
pendidikan tempat lanjut bagi para karyawan, dan lain-lain.
2.
Fungsi
pencegahan
Fungsi pencegahan ini berfungsi agar klien tidak memasuki ketegangan
ataupun gangguan tingkat lanjut dari hidupnya agar tidak memasuki hal-hal yang
berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu pengobatan yang rumit pula.
3.
Fungsi
pengentasan
Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk mengental dengan
menggunakan unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi konselor
mengentas dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien
sendiri.
4.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal yang merupakan pembawaan, maupun dari hasil penembangan yang
telah dicapai selama ini. Dalam bimbingan dan konseling, funsi pemeliharaan dan
pengembang dilaksanakan melalui berbagai peraturan,kegiatan dan program.
·
Ruang Lingkup dari segi Sasaran:
1)
Perorangan / individual
Pengembangan
kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan
minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan
dirinya secara realistik.
2)
Kelompok
Bimbingan
dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan
satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada
sejumlah orang.
·
Ruang Lingkup dari segi :
1.
BK Pendidikan: Siswa, prestasi, pergaulan dll.
Pengembangan
kemampuan belajar, yaitu bidang
pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
2.
Bimbingan Konseling Karir: Pekerja, motivasi, dll
Pengembangan
karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
·
Ruang Lingkup dari segi Sosial Budaya
Pengembangan
kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang
sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan
sosial yang lebih luas.
Daftar
Pustaka
Vitalis DS, 2008. Layanan Konseling Kelompok.
Diktat Mata Kuliah Bimbingan Konseling IKIP PGRI Madiun
Winkel dan Sri Hastuti, 2008. Bimbingan dan
Konseling Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta
Amti, Erman dan Prayitno. 2008. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. Jakarta.
PT RINEKA CIPTA.
Djoko, B.S. 2009. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN
KONSELING. Malang. Universitas Negeri Malang.
0 komentar:
Posting Komentar