Kamis, 18 Agustus 2016

konseling

Edit Posted by with No comments












                                                                                                                                                             


Tugas Konseling

Nama : Ika Rahmawati
NIM : 22020115120004

A 15 1

Program Studi Ilmu Keperawatan
Departemen Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Tahun 2016/2017




A.    PENGERTIAN KONSELING
Konseling adalah suatu bantuan yang diberikan seorang pebimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya. Agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalah dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Konseling lebih menekan pada pengembangan potensi individu yang terkandung dalam dirinya, baik dari aspek intelektual, afektif, sosial, emosional dan religius. Sehingga individu akan lebih berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat.
Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Sagala, 2011).
1.      Menurut Jones, 1951, konseling adalah kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan.
2.      Menurut Papinsky & Papinsky, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien; (b) terjadi dalam suasana yang professional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
3.      Menurut Maclean, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan berbagai jenis kesulitan pribadi.
4.      Menurut Division of Conseling Psychology, konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
5.      Menurut McDaniel, 1956, konseling merupakan suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
6.      Menurut A.C. English, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian yang perlu dibuatnya.
7.      Menurut Tolbert, 1959, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
8.      Menurut Blocher, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku di masa yang akan datang.
9.      Menurut Bernard & Fullmer, 1969, konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.
10.  Menurut Lewis, dalam Shertzer & Stone, 1974, konseling merupakan proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinkannya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan dengan singkat bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.


B.     Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Steffire & Grant (1972) yaitu lebih membantu pertumbuhan dalam waktu yang sesaat, membantu seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan tepat sesuai peran. Menurut teori Gestalt tujuan konseling adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka dan berdiri sendiri.
Tujuan konseling secara umum adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalamannya. Kemudian pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian klien dapat direkonstruksi kembali. Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketidaksadaran manusia.

C.     Langkah-langkah Konseling
1.      Rapport dan Structuring
Untuk membangun kerjasama dengan klien dan untuk membuat klien merasa nyaman dengan konselor. Structuring dibutuhkan untuk menjelaskan tujuan dari konseling. Fungsi structuring adalah untuk menjaga sesi pada tujuan dan untuk menginformasikan kepada klien apa yang konselor mampu dan tidak mampu lakukan.
2.      Mengumpulkan informasi, mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi aset
Untuk mengetahui alasan klien datang dan bagaimana ia memandang masalah. Pendefinisian masalah yang baik akan memberi arah dan tujuan konseling dan menghindari dibahasnyan topik yang tidak berguna. Juga untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan klien (possive strenght).
3.      Menentukan tujuan
Untuk mengetahui dunia ideal klien, langkah ini penting karena memungkinkan konselor untuk mengetahui apa yang klien inginkan dan konselor harus dibuat harmonis.
4.      Mencari alternatif dan mengkonfrontasi client incongruities
Untuk mencari pemecahan masalah kreatif (menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan dengan tidak menilai terlebih dahulu. Langkah ini memerlukan waktu yang paling lama dalam konseling.
5.      Generalization dan transfer of learning
Untuk memungkinkan perubahan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku dalam kehidupan klien sehari-hari. Banyak klien yang mengikuti konseling untuk kemudian tidak melakukan apa-apa untuk mengubah perilaku dan tetap hidup dengan pola seperti sedia kala.
D.    Teknik Konseling
1.      Teknik Konseling Verbal
Karena konseling mengandung satu proses komunikasi antar pribadi, maka prosesnya akan berlangsung melalui saluran verbal atau non-verbal dengan menciptakan kondisi empati, penerimaan, keiklasan, dan kejujuran yang murni dari konselor. Teknik konseling yang harus dikuasai seorang konselor adalah teknik komunikasi berkaitan dengan pengumpulan data dalam konseling, maka salah satu prinsip dalam teknik komunikasi ialah konselor yang mampu mengkomunikasikan maksud pengumpulan data kepada klien. Wawancara merupakan salahsatu cara pengumpulan data dari masalah konseli, yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara konselor dan konseli seperti halnya pertemuan, cara lisan, mencari penyelesaian masalah melalui konseli. Teknik konseling verbal adalah verbal sembarang, tanggapan yang diberikan konselor merupakan perwujudan kongret dari konselor untuk membantu konseli pada saat tertentu. Wawancara konseling terdiri atas rangkaian ungkapan dari konseli yang disusul dengan ungkapan dipihak konselor seterusnya ungkapan tersebut akan membentuk suatu mata rantai, dimana setiap mata rantai terdiri dari suatu ungkapan konseli dan konselor, ungkapan konselor berupa tanggapan verbal untuk menolong konseli dengan menggunakan satu atau lebih teknik verbal.
2.      Teknik Konseling Non Verbal
teknik konseling non verbal diantaranya ekpresi wajah, gerak tangan, isyarat tangan, sikap badan, anggukan, berbagai gerakan tungkai dan tangan. Menunjuk pada gejala vokal yang mnyertai kata kata kekliruan pada saat mengucapkan kata, berbicara, saat diam, kecepartan dan lama bicara, volume suara termasuk di dalamnya. Dibawah ini ada beberapa istilah konseling non verbal misalnya :
a.       Senyuman, untuk menyatakan sikap menerima
b.      Cara duduk, yaitu untuk mneyatakan sikap rileks dan sikap mau memperhatikan
c.       Anggukan kepala , untuk menyatakan penerimaan menunjukan pengertian
d.      Gerak gerik lengan dan tangan, untuk memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal
Selain itu dalam teknik non verbal dapat pula berupa:
a.       Mimik (ekspresi wajah, roman muka, raut muka) yaitu untuk menunjang dan menyertai reaksi – reaksi verbal Mimik pareaksi dan pareaktif maknanya tergantung pada lingkungan budaya. Misalnya mengerutkan dahi, mengerutkan kening, mengangkat alis, senyum, dan wajah cerah.
b.      Kontak mata ( konselor mencari kontak mata dengan konseli), untuk menunjang tahapan verbal atau menyatakan sikap dasar

Yang harus dihindari dalam teknik non verbal adalah kesan bahwa konselor mengejar, memaksa, atau mempermalukan konseli.perlu diingat bahwa kontak fisiik antara konselor dan klien secara potensial bisa membahayakan. Maka disarankan supaya konselor mengendalikan diri dalam menggunakan sentuhan sebagai tanda perhatian dan keprihatinan (winkle, 1997:369).
E.     Keterampilan Konseling
1.      Keterampilan menerima
Menerima berarti suatu kondisi saling memahami dan saling mengenal. Tujuannya adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien.
2.      Keterampilan memperhatikan
Perhatian merupakan salah satu aktivitas jiwa, didefinisikan oleh Mahfudh Shalahudin (1991:138) sebagai suatu proses pemutusan terhadap fase-fase atau unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. Dengan demikian kejelasan pengalaman seseorang relatif amat tergantung pada intensitas perhatian. Setiap kekuatan yang merangsang seseorang baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dapat menarik perhatian.
3.      Keterampilan merespon
Merespon adalah suatu keterampilan untuk membalas segala rangsangan yang telah disampaikan oleh lawan bicara kita. Melalui rangsangan konselor, memungkinkan klien melakukan eksplorasi tentang dirinya dalam hubungannya dengan dunianya. Untuk dapat merespon dengan akurat maka konselor harus mampu mendengarkan petanyaan/pernyataan klien dengan akurat pula. Keterampilan jenis respon menurut Carkhuff (1983) pada Soli Abimanyu (1996:108) meliputi tiga yaitu :
·         Keterampilan merespon isi
·         Keterampilan merespon perasaan
·         Keterampilan merespon arti
4.      Keterampilan merefleksi perasaan
Perasaan terjalin bersama masalah itu sendiri. Kesuksesan pemecahan masalah sebagian tergantung pada pemahaman seseorang akan perasaan dan kesadaran akan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perasaannya.
5.      Keterampilan memberi penguatan
Ada beberapa bentuk penguatan yang dilakukan dalam komunikasi antar pribadi yang dapat memperkokoh terjalinnya komunikasi.
Penguatan minimal yang baik mencangkup :
·         Memeihara kontak mata
·         Badan condong kedepan dengan penuh perhatian
·         Gerak isyarat yang tepat
·         Tanpa gerakan-gerakan gugup yang menganggu
·         Anggukan kepala
·         Gerakan badan kedepan bersama gerak isyarat yang hangat pada waktu yang tepat
6.      Keterampilan mendengarkan
Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik. Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli Abimanyu (1996;89) adalah mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan tujuan yang dikemukakan oleh seseorang. Mendengarkan dengan baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dengan kepekaan tetapi juga berbagai perubahan fisik dalam tubuh.
7.      Keterampilan bertanya
Bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan diajukan oleh seseorang biasanya untuk memperoleh informasi mengenai hal yang belum diketahui.
F.      Hambatan Konseling
1.       Hambatan intermal
Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan konseling dan melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa masih banyak di temukan diberbagai sekolah SMP, MTs, MA, SMA, dan SMK guru bimbingan dan konseling non bimbingan dan konseling, artinya konselor sekolah yang bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka diangakat oleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka yang berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan mereka tidak mendalami tentang teori-teori bimbingan konseling. Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yang cukup matang. Di samping itu masih juga ditemukan di lapangan, adanya manajemen bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih lanjut menjelaskan mengenai manajemen bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan dan dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya.
2.       Hambatan Eksternal.
a.       Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman.
b.      Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar. Kita pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada mengobati”.
c.       Keberhasilan layanan BK tergantung kepada sarana dan prasarana
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan mutakhir. Seorang konselor yang dinilai tidak bagus kinerjanya, seringkali berdalih dengan alasan bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang juga terjebak dalam asumsi bahwa konselor yang hebat itu terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya, tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup.
d.      Konselor harus aktif, sedangkan konseli harus/boleh pasif
Sering kita temukan bahwa konseli sering menyerahkan sepenuhnya penyelesaian masalahnya kepada konselor, mereka menganggap bahwa memang itulah kewajiban konselor, terlebih lagi jika dalam pelayanan Bk tersebut konseli harus membayar. Hal ini terjadi sebenarnya juga disebabkan karena tak jarang konselor yang membuat konseli itu menjadi sangat berketergantungan dengan konselor. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecah masalah yang handal dan dapat dipercaya. Konselor seperti ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan pengabdian. Tak jarang juga konselor yang enggan melepaskan konselinya, sehingga dia merekayasa untuk memperlambat proses penyelesaian masalah, karena tentunya jika tiap pertemuan konseli harus membayar maka akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh konselor.
e.      Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat
Seringkali konseli (orangtua/keluarga konseli) yang berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk dapat menyelesaikan masalahnya secepat mungkin tak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak jarang konselor sendiri secara tidak sadar atau sadar (karena ada faktor tertentu) menyanggupi keinginan konseli yang seperti ini, biasanya konselor ini meminta kompensasi dengan bayaran yang tinggi. Yang lebih parah justru kadang ada konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang mampu menyelesaikan masalah secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu menganalisa besar/kecil nya masalah dan cepat/lambat nya penanganan masalah adalah konselor itu sendiri, karena konselor tentunya memahami landasan dan kerangka teoritik BK serta mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang sejenisnya.

G.    Konseling Individu
Konseling individu yaitu merupakan salah satu pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan seorang klien untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan klien dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor. Konseling individu sebagai interverensi mendapatkan popularitas dari pemikiran teoritis dan filosofis yang menekankan penghormatan terhadap nilai individu, perbedaan dan hak-hak. Hubungan konseling bersifat pribadi. Hal ini memungkinkan beberapa jenis komunikasi yang berbeda antara konselor dan klien. Konseling telah dianggap sangat rumit, dengan setiap kata, infleksi sikap dan keheningan yang dianggap penting, yang hanya bisa terjadi antara konselor yang terampil dan klien yang berminat.
Proses pelaksanaan konseling individu :
1.      Tahap pengantaran
Proses pengantaran mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian, tujuan, dan prinsip yang menyertainya. Proses pengantaran ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, tidak menyalahkan, penuh pemahaman dan penstrukturan yang jelas.
2.      Tahap penjajagan
Proses penjajangan dapat diibaratkan sebagai membuka dan memasuki ruang sumpek atau hutan belantara yang berisi hal-hal yang bersangkut paut dengan permasalahan atau perkembangan klien. Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan klien dan hal-hal lain perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran penjajagan ini adalah berbagai hal yang selama ini terpendam, disalah artikan atau terhambat perkembangannya pada diri klien.
3.      Tahap penafsiran
Apa yang terungkap melalui penjajagan merupakan berbagai hal yang perlu diartikan atau dimaknai keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses penafsiran ini pada umumnya adalah aspek-aspek realita harapan klien dengan berbagai variasi dinamika psikisnya.
4.      Tahap pembinaan
Proses pembinaan ini secara langsung kepada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Dalam tahap ini disepakati strategi dan interverensi yang dapat memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan oleh sifat masalah, gaya dan teori yang dianut konselor, serta keinginan klien.
5.      Tahap penilaian
Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan menghasilkan terentaskannya masalah klien.
                        Waktu dan tempat pelaksanaan layanan konseling individu
Adapun waktu dan tempat layanan konseling individu hakikatnya dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja, atas kesepakatan konselor dan klien, dengan memperhatikan kenyamanan klien dan terjaminnya asas kerahasiaan. Kondisi tempat layanan perlu mendapat perhatian tersendiri dari konselor.
H.    Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminnya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antara sesama anggota kelompok ( Prayitno dalam Vitalis, 2008;63).
·         Tujuan konseling kelompok :
1.      Melatih klien agar berani berbicara dihadapan orang banyak
2.      Melatih klien dapat bertoleransi dengan temannya
3.      Mengembangkan bakat dan minat masing-masing
4.      Mengentaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok
5.      Melatih klien berani melakukan sharing dalam kelompok
·         Fase-fase Proses Konseling Kelompok
Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66)
a.       Pembukaan 
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.
b.      Penjelasan masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka dirinya.
c.       Penggalian latar belakang masalah
Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak konselor untuk memperoleh gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang masalah konseli. Fase ini disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan menurut sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil. Konselor disini mengambil sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis disesuaikan dengan jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam menetapkan konseling tertentu.
d.      Penyelesaian masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih besar.
e.       Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai fase penutup ini.

·         Teknik Layanan Konseling Kelompok

Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain (Tohirin, 2007:182):

a.       Teknik Umum (pengembangan dinamika kelompok) 

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara lain :

1.      Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka

2.      Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi

3.      Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok

4.      Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan

5.      Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki

b.      Teknik Permainan Kelompok

Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut :

1.      Sederhana

2.      Menggembirakan
3.      Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
4.      Meningkatkan keakraban
5.      Diikuti oleh semua anggota kelompok
I.       Ruang Lingkup Konseling
Ruang Lingkup berarti persekitaran, sekitar yang ada dalam lingkungan.
·         Ruang Lingkup dari segi Pelayanan:
1)      Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah
                                                        i.            Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lain.Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu :
1.      Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan dan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran yaitu keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
2.      Bidang administrasi dan kepimpinan, yaitu bentuk-bentuk kegiatan perencanaan, pembiayaan, prasaraan dan saran fisik, dan pengawasan.
3.      Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual.
                                                      ii.            Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab, konselor menjadi ‘pelayan’ bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh.
2). Pelayanan Bimbingan Dan Konseling di Luar Sekolah
i.                    Bimbingan dan Konseling Keluarga
Mutu kehidupan di dalam masyarakat sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga. Pelayanan Bimbingan Konseling keluarga bertujuan menangani permasalahan dalam sesebuah keluarga seperti penceraian dan sebagainya.
ii.                  Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan Yang Lebih Luas
Permasalahan masyarakat juga berlaku di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor dan lembaga kerja lainnya serta organisasi masyarakat seperti panti jompo, rumah yatim piatu dan lain-lain yang tidak terlepas dari masalah dan memerlukan jasa bimbingan konseling.
·         Ruang Lingkup dari segi Fungsi: Memberi kemudahan dalam tindakan konseling (pada konselor). Fungsi Bimbingan Konseling:
1.      Fungsi pemahaman
Dalam fungsi pemahaman. Terdapat beberapa hal yang perlu kita pahami, yaitu pemahaman tentang masalah klien. Dalam pengenalan, bukan saja hanya mengenal diri klien, melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan klien.Pemahanman tentang lingkungan yang ”Lebih Luas”. Lingkungan klien ada dua, ada sempit dan luas. Lingkungan sempit yaitu kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu, contohnya rumah tempat tinggal, kondisi sosio ekonomi dan sosio emosional keluatga, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang memberikan informasi kepada individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi siswa, informasi promosi dan pendidikan tempat lanjut bagi para karyawan, dan lain-lain.
2.      Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan ini berfungsi agar klien tidak memasuki ketegangan ataupun gangguan tingkat lanjut dari hidupnya agar tidak memasuki hal-hal yang berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu pengobatan yang rumit pula.
3.      Fungsi pengentasan
Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk mengental dengan menggunakan unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi konselor mengentas dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri.
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal yang merupakan pembawaan, maupun dari hasil penembangan yang telah dicapai selama ini. Dalam bimbingan dan konseling, funsi pemeliharaan dan pengembang dilaksanakan melalui berbagai peraturan,kegiatan dan program.
·         Ruang Lingkup dari segi Sasaran:
1)      Perorangan / individual
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

2)      Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.
·         Ruang Lingkup dari segi :
1.      BK Pendidikan: Siswa, prestasi, pergaulan dll.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
2.      Bimbingan Konseling Karir: Pekerja, motivasi, dll
Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
·         Ruang Lingkup dari segi Sosial Budaya
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.






Daftar Pustaka
Vitalis DS, 2008. Layanan Konseling Kelompok. Diktat Mata Kuliah Bimbingan Konseling IKIP PGRI Madiun 
Winkel dan Sri Hastuti, 2008. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta
Amti, Erman dan Prayitno. 2008. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. Jakarta. PT RINEKA CIPTA.
Djoko, B.S. 2009. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. Malang. Universitas Negeri Malang.

0 komentar:

Posting Komentar